PENGERTIAN
PENDEKATAN, PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SENTRA DAN PROSES PEMBELAJARAN SENTRA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Model pembelajaran sentra di kenal di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp
dari CCCRT Florida. Bermain di pandang sebagai kerja otak sehingga anak di beri
kesempatan untuk memeulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan
hasil karyanya “Start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak
mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleleuasaan untuk
melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia
sekelilingnya.
Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu
sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain, yaitu
bermain sensorimotorik, main peran,dan main pembangunan.Keragaman main atau
disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai
dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari sentra ke sentra lainnya
setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya
dengan menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan),
pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah bermain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pendekatan?
2. Apa pengertian pendekatan pembelajaran
sentra?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran
sentra?
4. Bagaimana proses pembelajaran sentra ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pendekatan
2. Mengetahui pengertian pendekatan
pembelajaran sentra
3. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran
sentra
4. Mengetahui proses pembelajaran sentra
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDEKATAN BELAJAR
Pendekatan
pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1)
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
2)
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pengertian Pembelajaran Sentra
menurut para ahli
1.
Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,
“sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2.
Menurut
pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan
tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.
3.
Menurut
Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan
yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional
untuk suatu satuan instruksional tertentu”.
4.
Menurut
Soedjadi (1991:102), membedakan pendekatan pembelajaran matematika menjadi dua,
sebagai berikut.
a.
Pendekatan
materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik matematika tertentu
menggunakan materi matematika lain.
b.
Pendekatan
pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau penyajian topik
matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya[1].
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai
sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa
guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
B.
PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENTRA
1)
Pengertian
Pendekatan Sentra
Pendekatan sentra merupakan model pendekatan yang
berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat pada sentra[2].
Pendekatan sentra adalah sebuah pendekatan kegiatan bermain sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Dapat juga diartikan bahwa pendekatan sentra merupakan
pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak dalam proses
pembelajarannya berpusat pada sentra main. Sentra bermain merupakan area
kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan
bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan
anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu.Model
pendekatan sentra adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan zona
atau area[3].
Pendekatan pembelajaran dengan pendekatan sentra merupakan model pembelajaran
inklusif namun belum diketahui secara pasti ketika diterapkan di Indonesia.
Dalam pendekatan ini anak dirangsang untuk secara
aktif melakukan belajar dengan bermain, sekaligus menjadi subjek dan focus
pembelajaran itu sendiri, pendidik lebih berfungsi sebagai motivator dan
fasilitator dengan memberikan dasar-dasarnya sebagai pijakan (scaffolding).
Dengan menggunakan pembelajaran sentra Sentra memungkinkan anak untuk melakukan
manipulasi terhadap berbagi obyek, terlibat dalam role playing saling bercakap-cakap dengan teman-temannya,
bereksplorasi, berinteraksi secara fisik, emosional, sosial dan secara kognitif
serta kegiatan variatif yang menarik lainnya. Sentra memberikan kesempatan pada
anak untuk bermain baik secara individual, kelompok kecil maupun kelompok besar
dan bahkan secara klasikal.Model pendekatan pembelajaran sentra merupakan model
pembelajaran yang menitik beratkan sentra bermain pada saat pembelajaran.Model pendekatan sentra mampu merangsang seluruh aspek
kecerdasan anak MultipleIntelligent melalui bermain yang terarah.Setting
pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berfikir
dengan menggali pengalaman sendiri.Jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam
yang menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghafal[4].
Pembelajaran sentra merupakan model
pendekatan yang telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood
Research andTraining (CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat,
selama 25 tahun dan telah terakreditasi oleh National AssociationEarly Young
Childhood (NAEYC) sebagai model pembelajaran yang direkomendasikan dapat
diterapkan di Amerika Serikat. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini telah
menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model pembelajaran sentra dan telah
memperoleh copyright dari CCCRT selama lima tahun (2004-2009). Model
pembelajaran sentra dan saat lingkaran merupakan pengembangan dari metode
Montessory, High Scope dan Reggio Emilio yang memfokuskan kegiatan anak di
sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak
(sembilan kecerdasan jamak)[5].
2)
Pendekatan
Secara umum pendekatan model sentra yang
diterapkan menggunakan pendekatan:
a.
Pendekatan inquiri.
Melalui pendekatan ini anak akan berusaha untuk
mencari dan menemukan sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Mereka akan
memahami bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa
yang mereka lihat, temukan dan alami.
b.
Pendekatan
children centred.
Pendekatan ini beranggapan bahwa pusat kegiatan
pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak.Cara pandang ini meyakini bahwa
murid memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai.
c.
Pendekatan discovery.
Pendekatan ini memiliki cara pandang yang memusatkan
kegiatan pembelajaran pada aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan oleh guru.
C.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SENTRA
Prinsip pembelajaran utama bagi Model
Sentra adalah menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak
bergerak (moving) dari satu aktivitas pembelajaran ke aktivitas pembelajaran
lainnya.
1.
Secara umum terdapat beberapa prinsip yang menjadi penjelasan bagi prinsip
utama model Sentra adalah sebagai berikut:
a.
Pengajaran merupakan keterpaduan antara bentuk klasikal dan individual.
Meskipun anak memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda-beda, tapi
kegiatan pengajaran harus dapat memberi kesempatan pada anak untuk
berinteraksi, sehingga pendidikan tidak hanya mementingkan aspek individu tetapi
juga aspek sosial anak.
b.
Anak belajar secara mandiri. Kemandirian anak dalam mengerjakan tugas hanya
dapat dilaksanakan jika setiap murid dapat ditumbuhkan otoaktivitasnya. Atas
dasar ini maka suasana tertib dan disiplin dapat tercipta oleh kesadaran para
murid bukan paksaan dari guru.
c.
Pembelajaran harus dapat menumbuhkan otoaktivitas anak. Upaya menumbuhkan
otoaktivitas anak dilakukan dengan cara memberikan kemerdekaan atau kebebasan
pada setiap anak untuk menyelesaikan berbagai tugasnya. Bentuk tugas yang
berstruktur memungkinkan murid secara tertib dan terjadwal membuat target dalam
pencapaian setiap tugasnya.
d.
Setiap anak bebas menentukan tugasnya sendiri. Masing-masing murid dapat
memilih VAK (Visualiation, Auditory,
Kinesthetic) yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Ia bebas menentukan
waktu penyelesaian serta alat yang akan digunakan untuk menyelesaikannya.
Walaupun ada kebebasan tersebut, namun setiap murid tidak boleh mengerjakan
tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya selesai. Hal ini juga dapat
mendidik anak untuk bertanggung jawab terhadap pilihan mereka sendiri.
e.
Anak belajar bersosialisasi, bekerjasama dan bertanggung jawab. Untuk
mengembangkan sosiabilitas, guru mem-perbolehkan murid menyelesaikan tugas
tertentu secara bersama-sama. Dengan demikian setiap murid akan memiliki
kesempatan bersosialisasi, bekerjasama dan tolong menolong. Tetapi tidak boleh
mengerjakan bahan atau tugas dengan saling meniru, dengan demikian anak akan
dapat belajar untuk bertanggungjawab terhadap tugasnya[6].
2.
Prinsip Pendekatan Sentra
a)
Keseluruhan proses pembelajarannya berdasarkan pada teori dan
pengalaman empirik
b)
Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk meransang seluruh
aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan
pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan, diantaranya: 1) pijakan lingkungan
bermain, 2) pijakan sebelum main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan
setelah main
c)
Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang
merangsang anak untuk kreatif, aktif dan terus berfikir dengan menggali
pengalamannya sendiri. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses
pembelajaran yaitu, meliputi: pendidik menata lingkungan main sebagai pijakan
lingkungan yang mendukung perkembangan anak; ada pendidikan yang bertugas
menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu; semua
anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik; pendidik memberi waktu
kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri;
anak-anak masuk kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh pendidik; pendidik
duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberi pijakan
pengalaman sebelum bermain; pendidik memberi waktu yang cukup kepada anak untuk
melakukan kegiatan disentra main yang disiapkan sesuai jadwa hari itu; selama
anak berada di sentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap
anak; pendidik bersama anak membereskan peralatan dan tempat main; pendidik
memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran;
pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan
pijakan pengalaman setelah main;pendidik bersama anak makan bekal yang
dibawanya; kegiatan penutup; anak-anak pulang secara bergilir;pendidik
membereskan tempat dan merapikan/mencek catatan-catatan dan kelengkapan
administrasi; pendidik melakukan evaluasi hari ini dan rencana hari esok hari;
pendidik pulang.
d)
Mempersyaratkan pendidik dan pengelola program untuk mengikuti
pelatihan sebelum menerapkan metode ini.
e)
Melibatbatkan orangtua dan keluarga sebagai salah satu kesatuan
proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah[7],
D.
PROSES PEMBELAJARAN SENTRA
1)
Penataan Lingkungan main
a)
Sebelum anak datang, pendidik menyiapkan dan menata bahan dan alat
yang akan digunakan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk
kelompok anak yang dibimbingnya
b)
Menata bahan dan alat harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
anak selama bermain dengan alat main terebut
c)
Penyambutan Anak.
Sambil
menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seorang pendidik yang bertugas
menyambut kedatangan anak. Anak-anak
langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil
menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya para orangtua
sudah tidak bergabung dengan anak.
d)
Main Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)
Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan
kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional,
gerak dan musik, atau sebagainya. Satu kader yang memimpin,
kader lainnya jadi peerta bersama anak (mencotohkan). Kegiatan
main pembuka berlangsung sekitar 15 menit.
e)
Transisi 10 Menit
Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk
pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat perbainan
tebak-tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang.Setelah anak tenang, anak
secara bergiliran diperilahkan untuk minum atau ke kamar kecil. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan) kebersihan diri anak. Kegiatannya
bisa berupa cuci tangan, cuci muka, cuci kaki maupun pipis di kamar kecil.
f)
Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing
Pendidik siap di tempatbermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya maing-masing[8].
2)
Kegiatan Inti
a)
Pijakan Pengalaman sebelum Main
Dalam kegiatan ini pendidik dan anak duduk melingkar saling
menyapa dan memberi salam. kemudian pendidik meminta anak anak untuk
memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini lalu berdo’a
bersama.Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak
dengan membacakan buku yang sesuai tema. setelah membaca selesai kader menanyakan
kembali isi cerita.Pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang
akan dilakukan anakPendidik mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah
disiapkan.Dalam memberi pijakan pendidik harus mampu mengaitkan kemampuan apa
yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah
terusun.Pendidikan memberi arahan cara main, mengatur teman main dengan memberi
keempatan memilih teman main.Setelah anak siap main, pendidik mempersilahkan
anak untuk mulai main.
b)
Pijakan Pengalaman Selama Anak Main
Pendidik berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain,
memberi contoh cara main dan menggunakan alat. Memberi motivasi, stimulus
kepada anak untuk memperluascara main anak. Ketika anak-anak bermain, guru
harus senantiasa memberikan perhatian kepada semua anak dengan berpindah dari
satu tempat ke tempat lain sambil memberikan dukungan pada kegiatan anak selagi
mereka bermain. Memcatat yang dilakukan anak. Mengumpulkan hail kerja anak.
Ketika waktu hampir 5 menit kader memberitahukan pada anak-anak untuk
beriap-siap menyelesaikan kegiatannya.
c)
Pijakan Pengalaman Setelah Anak Main.
Bila waktu habis, pendidik memberitahukan saatnya membereskan
dengan melibatkan anak-anak. Jika anak belum terbiasa
untuk membereskan, pendidik dapat membuat permainan yang menarik agar anak ikut
membereskan. Saat membereskan, pendidik menyiapkan tempat yang berbeda untuk
setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan
tempatnya. Bila bahan main sudah dirapikan, satu orang pendidik membantu anak
membereskan baju anak sedangkan kader yang lain dibantu orangtua membereskan
semua mainan hingga semua rapi di tempatnya. Setelah rapi anak-anak diminta
duduk melingkar kemudian pendidik menanyakan pada setiap anak kegiatan main
yang tadi lakukannya. Kegiatan menanyakan kembali
guna melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan dan
pengalaman mainnya. Dengan begitu anak belajar tentang ketrampilan-ketrampilan dan
rasa tanggung jawab.
d)
Makan Bekal Bersama.
Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama.Sekali dalam
satu bulan diupayakan ada makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi.Sebelum
makan bersama, pendidik mengecek apakah ada anak yang tidak membawa
makanan.Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan pada temannya.Pendidik
memberitahukan jenis makanan yang baik dan yang kurang baik.Jadikan waktu makan
berama ebagai pembiasaan tatcar makan yang baik.Libatkan anak untuk membereskan
bekas makanan dan membuang bungku makanan ke tempat sampah.
e)
Kegiatan Penutup.
Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik dapat
mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyampaikan rencana
kegiatan minggu depan dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah
masingmasing. Pendidik meminta anak yang sudah besar secara bergiliran untuk
meminta doa penutup. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan
berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih
dahulu.
f)
Evaluasi Kemajuan Perkembangan Anak.
Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan cara mencatat
perkembangan kemampuan anak dalam hal motorik kasar, halus, berbahasa, sosial
dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan kegiatan main anak dilakukan oleh
guru (pendidik). Selain mencatat kemajuan belajar anak, guru juga dapat
menggunakan lembaran check list perkembangan anak, dilihat dari hasil kerja
anak-anak, karena itu, semua hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi
dan laporan perkembangan belajar anak kepada orang tua masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Menurut pendapat Wahjoedi
(1999:121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan
belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.
2. Pendekatan sentra merupakan model
pendekatan yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat
pada sentra. Pendekatan sentra adalah sebuah pendekatan kegiatan bermain sesuai
dengan tahap perkembangan anak. Dapat juga diartikan bahwa pendekatan sentra
merupakan pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak dalam proses
pembelajarannya berpusat pada sentra main.
3. a) Pendekatan pembelajaran sentra Keseluruhan
proses pembelajarannya berdasarkan pada teori dan pengalaman empiric.
b) Setiap proses
pembelajaran harus ditujukan untuk meransang seluruh aspek kecerdasan anak
melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk
4 jenis pijakan, diantaranya: 1) pijakan lingkungan bermain, 2) pijakan sebelum
main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan setelah main.
c) Mempersyaratkan
pendidik dan pengelola program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan
metode ini.
d) Melibatkan
orangtua dan keluarga sebagai salah satu kesatuan proses pembelajaran untuk
mendukung kegiatan anak di rumah.
4. Proses pembelajaran sentra terdapat
beberapa kegiatan diantaranya:
a) Penataan lingkungan bermain, diantara
kegiatannya ialah sebelum anak datang, menataan alat dan bahan yang ingin
digunakan, Penyambutan Anak, main untuk pembukaan,
transisi 10 menit, istirahat.
b) Pijakan pengalaman sebelum
main, pijakan pengalaman selama anak main, pijakan pengalaman selama anak main,
pijakan pegalaman selama setelah bermain, makan bekal bersama, kegiatan penutup
dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan
Nasional, (2009), Pedoman Penerapan
Pendekatan BCCT dalam Pendidikan Usia Dini
Departemen
Pendidikan Nasional, (2006), Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
Kelompok
Bermain dan Raudlotul Athfal PAUD Istiqlal Jakarta, (2006),
Program Kegiatan Bermain sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama Dengan
Pendekatan BCCT, Jakarta
http://mtk2012unindra.blogspot.co.id/2012/10/definisi-pendekatan-pembelajaran.html, diambil pada tanggal
26 September 2007
http://nurulelkhalieqy.blogspot.co.id/2012/01/model-pembelajaran-sentra-helen-parkust.html, diambil pada
tanggal 26 September 2007
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman
Penerapan Pendekatan BCCT dalam Pendidikan Usia Dini, 2009 hal 2
[3]Ibid hal 3
[4] Ibid, hal 2
[5]Kelompok Bermain dan Raudlotul
Athfal PAUD Istiqlal Jakarta, ProgramKegiatan Bermain sambil Belajar
Integrasi Pendidikan Agama Dengan PendekatanBCCT, (Jakarta, 2006), hal 1
[7]Departemen Pendidikan Nasional,Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Kelompok
Bermain. 2006, hal 6
Bermain. 2006, hal 6
[8] Ibid hal 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar