Rabu, 27 Januari 2016

silogisme kategoris

KATA        PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang sholeh.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Logika fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tak luput dari dorongan dan keterlibatan banyak pihak terutama Bapak M. Fadlillah, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu matakuliah Logika. Untuk itu, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak dan pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan makalah ini dan tidak mungkin kami menyebutkan satu persatu.
Dengan hati tulus ikhlas, kami panjatkan doa semoga semua kebaikan dan jasa semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, dibalas oleh-Nya dengan imbalan yang berlipat ganda.
Akhirnya semoga Allah SWT memberi petunjuk kepada penulis dan pembaca sekalian.


















Yogyakarta, 2 November 20015




Penyusun.


BAB I
PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari proses berfikir. Dalam studi logika atau ilmu terapan yang berhubungan dengan aktifitas berfikir, terdapat dua cara pengambilan kesimpulan, yakni eduksi (penyimpulan langsung) dan deduksi (penyimpulan tidak langsung). Silogisme merupakan teknik penyimpulan yang termasuk dalam cara deduksi yang terdiri dari silogisme kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme disyungtif.

Dalam makalah ini akan coba dipaparkan mengenai silogisme kategorik, mulai dari definisi sampai silogisme dalam komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat lebih memahami silogisme kategorik dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
    

B. RUMUSAN MASALAH

1.        Apa yang dimaksud dengan silogisme kategorik?
2.        Apa saja unsur-unsur penting yang terdapat dalam silogisme kategoris?
3.        Apa saja hukum-hukum silogisme?
4.        Apa saja bentuk-bentuk silogisme?
5.        Apa saja prinsip-prinsip silogisme?



BAB II
PEMBAHASAN



A.      PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS

Silogisme merupakan tekhnik pengambilan kesimpulan secara deduksi atau sering disebut dengan penyimpulan tidak langsung (mediate inference) atau dalam kaidah ilmu mantiq lebih dikenal dengan istidlal yang secara bahasa memiliki arti: mencari dalil, keterangan, indikator, atau petunjuk.
Secara istilah, silogisme bisa diartikan dengan upaya memahami yang belum diketahui melalui hal-hal yang sudah diketahui atau penyimpulan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.
Menurut Abu Hilal Al-Anskari terkait dengan silogisme adalah mencari pengertian sesuatu dari segi lainnya. Sedangkan menurut Aristoteles, silogisme adalah argument yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan berlainan.
Silogisme kategorik sendiri, disebut demikian karena merupakan silogisme yang semua proposisinya adalah proposisi kategorik.
Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan pangkalan khusus disebut premis (mukaddimah), sedangkan proposisi yang dihasilkan dari sintesis kedua premisnya disebut term penengah (middle term). Premis yang termnya menjadi predikat pada konklusi disebut premis mayor.
Semua manusia akan mati.
Plato adalah manusia
Plato akan mati.
 ‘Semua manusia akan mati’ adalah premis mayor, ‘Plato adalah manusia’ adalah premis minor dan ‘Plato akan mati adalah konklusi, sedangkan ‘manusia’ adalah term penengah. Contoh sebagai berikut sebagai unsur silogisme:
Semua tanaman membutuhkan air (permis mayor)
  M                   P
Akasia adalah tanaman (permis minor)
S           P
Akasia membutuhkan air (konklusi)
   S              P
Keterangan:
S = subyek; P = predikat; M = middle term.


B. UNSUR-UNSUR SILOGISME KATEGORIS

Unsur penting yang terdapat didalam sebuah silogisme kategoris adalah sebagai berikut:
a.       Tiga buah proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
b.      Tiga buah term, yaitu term subjek (S), term predikat (P), dan term antara (M)

Yang dimaksud premis adalah putusan atau proposisi yang sudah diketahui, yang dalam gabungan dengan premis lainnya dapat ditarik kesimpulan yang mengandung gagasan atau ide sebagaiman termuat dalam premis-premis tersebut.
Premis mayor adalah premis yang didalamnya termuat term term mayor (P) yang diperbandingkan dengan term antara (M)
Premis minor adalah premis yang didalamnya termuat term minor (S) yang juga diperbandingkan dengan term antara (M).
Kesimpulan adalah kebenaran baru yang muncul atau diperoleh melalui proses penalaran dan didalamnya kesesuaian antara term minor (S) dan term mayor (P) dinyatakan.
Term mayor (P) adalah term yang dengannya term antara (M) diperbandingkan didalam premis mayor. Term mayor biasanya mewakili semua hal atau gagasan dari kelas pengertian universal.
Term minor (S) adalah term yang dengannya term antara (M) diperbandingkan didalam premis minor. Term minor biasanya mewakili semua hal atau gagasan dari kelas pengertian yang kurang universal.
Term antara (M) adalah term pembanding antara term minor (S) dan term mayor (P) yang terdapat dalam premis-premis. Jadi, term antara dua kali terdapat didalam premis-premis, namun tidak termuat didalam kesimpulan.

Contoh:
Premis mayor : Semua umat muslim dunia harus memiliki akhlaqul karimah
                                                     M                                                                                 P
Premis minor : Semua mahasiswa UIN Sunan Kalijaga adalah umat muslim dunia
                                                                                         S                                                                                  M
Kesimpulan  : Jadi, semua mahasiswa UIN Sunan Kalijaga harus memiliki akhlaqul karimah
                                                                                         S                                                                                       P
Hubungan antara ketiga term tersebut (S-M-P) didalam silogisme dapat disederhanakan sebagai berikut:
M = P
S = M 
S = P






C.      BENTUK-BENTUK SILOGISME KATEGORIS

Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah = middle term) dalam premis. Ada tiga macam bentuk silogisme, yaitu:
ü  Figur 1:
M -- -- P
S -- -- M 
S                    P
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat premis pada premis minor.
Semua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya.
Mencuri adalah dilarang Tuhan.
Jadi: Mencuri adalah mengandung bahaya.
ü  Figur 2:
P -- -- M
S -- -- M  
S                    P
Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis minor.
Semua tetumbuhan membutuhkan air.
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air.
Jadi: Tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan.
ü  Figur 3:
M -- -- P
M -- -- S
S                    P
Medium menjadi subjek pada premis mayor maupun premis minor.
Semua politikus adalah pandai berbicara.
Beberapa politikus adalah sarjana.
Jadi: Sebagian sarjana adalah pandai berbicara


C.        HUKUM-HUKUM SILOGISME KATEGORIS

Agar mendapat kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Patokan-patokan itu adalah:
a.         Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Jadi: Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan)
b.         Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi
Jadi: Sebagian pajabat tidak disenangi
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)

c.    Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan. Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti, oleh karena itu kesimpulan seperti;
Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut
Jadi: Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik
d.     Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apapun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(.... Tidak ada kesimpulan)
e.     Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup). Dari dua yang term penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Jadi: Binatang ini adalah ikan
(padahal bisa juga binatang melata)
f.      Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
g.     Term penengah harus harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31     hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
h.     Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term middle. Apabila terdiri dari sebuah tema tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri dari dua atau lebih dari tiga term.


D.        PRINSIP-PRINSIP SILOGISME

Silogisme sebagai prosedur penalaran menurunkan konklusi yang benar atas dasar premis-premis yang benar. Dasar-dasar itu disebut azas-azas atau prinsip-prinsip silogisme. Jumlahnya hanya dua, yaitu:
1.        Prinsip persamaan
Prinsip ini mengatakan, bahwa dua hal adalah sama, kalau kedua-duanya sama dengan hal yan ketiga.
S=M=P, jadi: S=P.
2.        Prinsip perbedaan
Prinsip ini mengatakan bahwa dua hal itu berbeda yang satu dengan yang lain, kalau yang satu sama dengan hal yang ketiga, sedang yang lain tidak sama.
S=M≠P, jadi: S≠P.
    Kedua prinsip silogisme itu penerapannya dalam silogisme memerlukan dua prinsip lagi, artinya: kalau silogisme tidak memenuhi kedua prinsip penerapan itu, kebenaran konklusi silogisme tidak dapat dipastikan. Kedua prinsip penerapan itu ialah:
1.        Prinsip distribusi
Prinsip ini mengatakan, bahwa apa yang berlaku secara distributif untuk sesuatu kelas, yaitu berlaku untuk semua dan masing-masing anggotanya, berlaku untuk tiap-tiap anggotanya masing-masing.
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang berjasa.”(‘Orang berjasa’ berlaku untuk ‘semua pahlawan’ secara distributif.)
“Kartini adalah pahlawan.” (‘Kartini’ adalah anggota kelas ‘pahlawan’).
  Jadi: “Kartini adalah orang berjasa.” (‘Orang berjasa’ juga berlaku untuk Kartini).
2.        Prinsip distribusi negatif
Prinsip ini menyatakan, bahwa apa yang diingkari tentang sesuatu kelas secara distributif, juga diingkari pada tiap-tiap anggotanya masing-masing.
Misalnya:
“Toyota itu bukan sedan bermesin disel”. (Term, ‘sedan bermesin disel’ diingkari tentang Toyota secara distributif).
“Mobil Adam itu adalah sebuah Toyota”. (‘mobil Adam’ adalah anggota kelas Toyota).
Jadi: “Mobil Adam itu bukan sedan bermesin disel”. (‘Sedan bermesin disel’ juga diingkari pada mobil Adam).

Menurut Aristoteles kebenaran prinsip-prinsip diatas bertumpu kepada kebenaran prinsip-prinsip yang lebih dalam lagi, yaitu: Azas-azas penalaran yang jumlahnya tiga.
1.                  Azas identitas             : segala sesuatu itu identik dengan dirinya sendiri. A=A.
2.          Azas kontradiksi : tidak ada sesuatu yang sekaligus memiliki dan tidak memiliki sesuatu sifat tertentu. Tidak mungkin A=B dan sekaligus A≠B.
3.          Azas tiada jalan tengah: sesuatu itu pasti memiliki atau tidak memiliki sifat tertentu. A=B atau A≠B, tidak ada kemungkinan lain.


BAB III
KESIMPULAN


A.               KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah.
Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan.
Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.


B.      DAFTAR PUSTAKA


Mundiri. 2012. Logika. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Khalima. 2011. Logika Teori dan Aplikasi. Gaung Persada Press. Jakarta
Silogisme; silogisme kategorik. Diunduh dari http// kallolougi.blogspot.com tanggal 19 November 2011
Silogisme kategorik. Diunduh dari www.google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar