KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang sholeh.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Logika fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tak luput dari dorongan
dan keterlibatan banyak pihak terutama Bapak M.
Fadlillah, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu matakuliah Logika. Untuk itu, kami ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada Bapak dan pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan makalah ini dan
tidak mungkin kami menyebutkan satu persatu.
Dengan hati
tulus ikhlas, kami panjatkan doa semoga semua kebaikan dan jasa semua pihak yang telah
membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, dibalas oleh-Nya dengan imbalan yang berlipat
ganda.
Akhirnya semoga
Allah SWT memberi petunjuk kepada penulis dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, 2 November 20015
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesimpulan
merupakan hasil akhir dari proses berfikir. Dalam studi logika atau ilmu
terapan yang berhubungan dengan aktifitas berfikir, terdapat dua cara
pengambilan kesimpulan, yakni eduksi (penyimpulan langsung) dan deduksi
(penyimpulan tidak langsung). Silogisme merupakan teknik penyimpulan yang
termasuk dalam cara deduksi yang terdiri dari silogisme kategoris, silogisme
hipotesis, dan silogisme disyungtif.
Dalam makalah
ini akan coba dipaparkan mengenai silogisme kategorik, mulai dari definisi
sampai silogisme dalam komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, penulis
berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat lebih memahami silogisme
kategorik dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
silogisme kategorik?
2.
Apa saja
unsur-unsur penting yang terdapat dalam silogisme kategoris?
3.
Apa saja hukum-hukum silogisme?
4.
Apa saja bentuk-bentuk
silogisme?
5.
Apa saja
prinsip-prinsip silogisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS
Silogisme
merupakan tekhnik pengambilan kesimpulan secara deduksi atau sering disebut
dengan penyimpulan tidak langsung (mediate inference) atau dalam kaidah ilmu
mantiq lebih dikenal dengan istidlal yang secara bahasa memiliki arti: mencari
dalil, keterangan, indikator, atau petunjuk.
Secara istilah,
silogisme bisa diartikan dengan upaya memahami yang belum diketahui melalui
hal-hal yang sudah diketahui atau penyimpulan pengetahuan baru yang
kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan
dengan cara tertentu.
Menurut Abu
Hilal Al-Anskari terkait dengan silogisme adalah mencari pengertian sesuatu
dari segi lainnya. Sedangkan menurut Aristoteles, silogisme adalah argument
yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan
permasalahan berlainan.
Silogisme
kategorik sendiri, disebut demikian karena merupakan silogisme yang semua
proposisinya adalah proposisi kategorik.
Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan pangkalan khusus
disebut premis (mukaddimah),
sedangkan proposisi yang dihasilkan dari sintesis kedua premisnya disebut term
penengah (middle term). Premis yang
termnya menjadi predikat pada konklusi disebut premis mayor.
Semua manusia
akan mati.
Plato adalah
manusia
Plato akan mati.
‘Semua manusia akan mati’ adalah
premis mayor, ‘Plato adalah manusia’ adalah premis minor dan ‘Plato akan mati
adalah konklusi, sedangkan ‘manusia’ adalah term penengah. Contoh sebagai
berikut sebagai unsur silogisme:
Semua tanaman membutuhkan air (permis mayor)
M P
Akasia adalah
tanaman (permis minor)
S P
Akasia membutuhkan air (konklusi)
S P
Keterangan:
B. UNSUR-UNSUR
SILOGISME KATEGORIS
Unsur penting yang terdapat didalam sebuah
silogisme kategoris adalah sebagai berikut:
a. Tiga buah proposisi, yaitu premis
mayor, premis minor, dan kesimpulan
b. Tiga buah term, yaitu term subjek
(S), term predikat (P), dan term antara (M)
Yang dimaksud premis
adalah putusan atau proposisi yang sudah diketahui, yang dalam gabungan dengan
premis lainnya dapat ditarik kesimpulan yang mengandung gagasan atau ide
sebagaiman termuat dalam premis-premis tersebut.
Premis mayor adalah premis yang didalamnya
termuat term term mayor (P) yang diperbandingkan dengan term antara (M)
Premis minor adalah premis yang didalamnya
termuat term minor (S) yang juga diperbandingkan dengan term antara (M).
Kesimpulan adalah kebenaran baru yang muncul
atau diperoleh melalui proses penalaran dan didalamnya kesesuaian antara term
minor (S) dan term mayor (P) dinyatakan.
Term mayor (P) adalah term yang dengannya term
antara (M) diperbandingkan didalam premis mayor. Term mayor biasanya mewakili
semua hal atau gagasan dari kelas pengertian universal.
Term minor (S) adalah term yang dengannya term
antara (M) diperbandingkan didalam premis minor. Term minor biasanya mewakili
semua hal atau gagasan dari kelas pengertian yang kurang universal.
Term antara (M) adalah term pembanding antara
term minor (S) dan term mayor (P) yang terdapat dalam premis-premis. Jadi, term
antara dua kali terdapat didalam premis-premis, namun tidak termuat didalam
kesimpulan.
Contoh:
Premis mayor : Semua umat muslim dunia harus
memiliki akhlaqul karimah
M P
Premis minor : Semua mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga adalah umat muslim dunia
S M
Kesimpulan : Jadi, semua
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga harus memiliki akhlaqul karimah
S P
Hubungan antara ketiga term
tersebut (S-M-P) didalam silogisme dapat disederhanakan sebagai berikut:
M = P
S = M
S = P
C. BENTUK-BENTUK
SILOGISME KATEGORIS
Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term
penengah = middle term) dalam premis.
Ada tiga macam bentuk silogisme, yaitu:
ü Figur 1:
M -- -- P
S -- -- M
S P
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan
menjadi predikat premis pada premis minor.
Semua yang dilarang Tuhan mengandung
bahaya.
Mencuri adalah dilarang Tuhan.
Jadi: Mencuri adalah mengandung bahaya.
ü Figur 2:
P -- -- M
S -- -- M
S P
Medium menjadi predikat baik pada premis
mayor maupun premis minor.
Semua tetumbuhan membutuhkan air.
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air.
Jadi: Tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan.
ü Figur 3:
M -- -- P
M -- -- S
S P
Medium menjadi subjek pada premis mayor
maupun premis minor.
Semua politikus adalah pandai berbicara.
Beberapa politikus adalah sarjana.
Jadi: Sebagian sarjana adalah pandai
berbicara
C. HUKUM-HUKUM
SILOGISME KATEGORIS
Agar mendapat kesimpulan yang benar, kita harus
memperhatikan patokan-patokan silogisme. Patokan-patokan itu adalah:
a. Apabila dalam satu premis partikular,
kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Jadi: Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
dimakan)
b. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus
negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi
Jadi: Sebagian pajabat tidak disenangi
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
c. Dari dua premis
yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan. Kesimpulan yang
diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti, oleh karena itu kesimpulan
seperti;
Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut
Jadi: Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali
secara baik
d. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak
menghasilkan kesimpulan apapun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan
kedua proposisi premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis
negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(.... Tidak ada kesimpulan)
e. Paling tidak
salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup). Dari dua yang term
penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan
berdarah dingin.
Binatang ini
berdarah dingin.
Jadi: Binatang
ini adalah ikan
(padahal bisa
juga binatang melata)
f. Term predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya.
Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah
binatang.
Kambing bukan
kerbau.
Jadi: kambing
bukan binatang.
(‘Binatang’ pada
konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
g. Term penengah
harus harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar
di langit.
Januari adalah
bulan.
Jadi: Januari
bersinar di langit
(Bulan pada
premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang
mengelilingi bumi).
h. Silogisme harus
terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term middle. Apabila terdiri dari sebuah tema
tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri dari dua atau lebih
dari tiga term.
D. PRINSIP-PRINSIP SILOGISME
Silogisme
sebagai prosedur penalaran menurunkan konklusi yang benar atas dasar
premis-premis yang benar. Dasar-dasar itu disebut azas-azas atau
prinsip-prinsip silogisme. Jumlahnya hanya dua, yaitu:
1.
Prinsip persamaan
Prinsip ini mengatakan, bahwa dua hal adalah sama, kalau
kedua-duanya sama dengan hal yan ketiga.
S=M=P, jadi:
S=P.
2.
Prinsip perbedaan
Prinsip ini mengatakan bahwa dua hal itu berbeda yang satu dengan
yang lain, kalau yang satu sama dengan hal yang ketiga, sedang yang lain tidak
sama.
S=M≠P, jadi:
S≠P.
Kedua prinsip silogisme itu penerapannya dalam silogisme memerlukan
dua prinsip lagi, artinya: kalau silogisme tidak memenuhi kedua prinsip
penerapan itu, kebenaran konklusi silogisme tidak dapat dipastikan. Kedua
prinsip penerapan itu ialah:
1.
Prinsip distribusi
Prinsip ini mengatakan, bahwa apa yang berlaku secara distributif
untuk sesuatu kelas, yaitu berlaku untuk semua dan masing-masing anggotanya,
berlaku untuk tiap-tiap anggotanya masing-masing.
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang berjasa.”(‘Orang berjasa’ berlaku untuk
‘semua pahlawan’
secara distributif.)
“Kartini adalah pahlawan.” (‘Kartini’ adalah anggota kelas
‘pahlawan’).
Jadi: “Kartini adalah orang
berjasa.” (‘Orang berjasa’ juga berlaku untuk Kartini).
2.
Prinsip distribusi negatif
Prinsip ini menyatakan, bahwa apa yang diingkari tentang sesuatu
kelas secara distributif, juga diingkari pada tiap-tiap anggotanya
masing-masing.
Misalnya:
“Toyota itu bukan sedan bermesin disel”. (Term, ‘sedan bermesin
disel’ diingkari tentang Toyota secara distributif).
“Mobil Adam itu adalah sebuah Toyota”. (‘mobil Adam’ adalah anggota
kelas Toyota).
Jadi: “Mobil Adam itu bukan sedan bermesin disel”. (‘Sedan bermesin
disel’ juga diingkari pada mobil Adam).
Menurut
Aristoteles kebenaran prinsip-prinsip diatas bertumpu kepada kebenaran
prinsip-prinsip yang lebih dalam lagi, yaitu: Azas-azas penalaran yang
jumlahnya tiga.
1.
Azas identitas : segala sesuatu itu identik dengan dirinya sendiri. A=A.
2.
Azas kontradiksi : tidak ada sesuatu yang sekaligus memiliki dan tidak memiliki
sesuatu sifat tertentu. Tidak mungkin A=B dan sekaligus A≠B.
3.
Azas tiada jalan tengah:
sesuatu itu pasti memiliki atau tidak memiliki sifat tertentu. A=B atau A≠B, tidak ada
kemungkinan lain.
BAB III
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan
pada kita merumuskan, menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat
melihat hubungannya dengan mudah.
Dengan
demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan karena
mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan
yang telah kita lontarkan.
Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang
apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi
kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau
menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang
besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi
penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme
jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran
kita lebih terbuka tertib dan jelas.
B. DAFTAR PUSTAKA
Mundiri.
2012. Logika. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Khalima. 2011. Logika Teori dan Aplikasi. Gaung Persada
Press. Jakarta
Silogisme; silogisme kategorik. Diunduh
dari http// kallolougi.blogspot.com tanggal 19 November 2011
Silogisme kategorik. Diunduh dari www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar